Anam

anam_kartun2

Anam, biasa dipanggil, lahir dengan nama “Khaerul Anam Widya Purnama”. Anam lahir di rumah neneknya di Semarang, tepatnya di Kawasan Pecinan (China Town) yaitu Kampung Menyanan, Kelurahan Kebon nDalem, Kawasan Kota Lama Semarang berlokasi di antara Jalan Pekojan dengan Jalan Kauman Semarang. Ayah (almarhum) bernama Masrur Ridwan adalah putera dari M. Ridwan Alhabsyi dan ibunda beliau bernama Syarifah Shofiya Assegaf.  Sedangkan ibu adalah Ni’mah binti KH Usman Basyar dari Kajen Margoyoso Pati (masih keturunan Syaikh Mutamakkin) dan dari ibunda beliau Hj. Hamidah binti Zawawi dari Rembang yang masih keturunan Sunan Kalijaga.

Anam belajar di sekolah-sekolah negeri biasa mulai dari SD, SMP dan SMA di Semarang hingga kuliah di UGM Yogyakarta. Anam lebih suka belajar otodidak. Semenjak SMP gemar membaca buku, terutama buku-buku agama mulai dari  1001 Hadits yang disusun oleh Hasbi Ash-Shiddiqui, dibaca ketika duduk di bangku SMP. Kemudian juga buku stensilan dari Fahmi Basya, BSc “One Million Phenomena” ketika SMA. Kaitan antara sains modern dan agama menarik minat semenjak SMA yang menjadikan belajar lebih dalam dengan mengambil kuliah filsafat di UGM.

Buku-buku yang dibaca tersebut memberikan semacam perspektif beragama yang “rasional”. Pada Desember 1988, Anam diajak guru matematika dan guru mengajinya, Muhammad Al-Husna Al-Faqih untuk mengikuti pelatihan PRISMA 1 yang merupakan nama lain dari PNDI/FOSI 1 bersama siswa-siswa dari SMA 3 Semarang (Anam kelas I). Kemudian mengembangkan pelatihan ini di SMAnya melalui jalur SIROIS.

Sobatnya (Din) di SMA memperkenalkan pula dengan PII (Pelajar Islam Indonesia). Semangat beragama yang ‘mengubah’ akhirnya mendorong pada semacam aktivisme Islam yang digelutinya bersama SIROIS (Sie Rohani Islam). Dekat dengan para alumni SIROIS SMA 1, Anam berkenalan dengan berbagai corak “kelompok-kelompok” Islam selain dari tradisi yang diturunkan, yaitu tradisionalisme melalui NU. Sempat aktif di Pengurus Wilayah IPNU Jawa Tengah di masa-masa akhir SMAnya, sebagai Staf Bidang Humas.

Beberapa buku yang dibaca termasuk Wahiduddin Khan, Ziauddin Sardar, Osman Bakar, Mutahhari, Syariati, Baqir Sadr, Tabataba’i, Roger Garaudy, Ismail R. Faruqi, Seyyed Hosein Nasr, Frithjof Schuon, Martin Lings, Rene Guenon, E. Schumacher, Fritjof Capra, Karen Armstrong, Anne-Marie Schimmel, Vandana Shiva, dll terutama dari Jurnal Ulumul Quran yang diterbitkan LSAF, juga buku-buku terbitan Mizan dan Pustaka Salman.

Anam mempelajari teologi Asy’ariyah dari Kitab Sullam al-Taufiq dan Safinat an-Najah dari Kyai Soleh. Kemudian belajar Bahasa Arab dan Nahwu dengan Al-Ajrumiyah dan Imrithi. Kitab Awwaluddin Ma’rifatullah (Al Habib Abdullah Bin Muhsin Al Attas) mengantarkannya pada pemahaman yang lebih “sistemik” terhadap sifat dua puluh dari Asy’ariyah. Anam juga membaca Kitab Tauhid dari Muhammad ‘Abduh juga membaca biografi Sayyid Ahmad Khan dari India, serta menyukai tokoh seperti Rashid Ridlo dan Sayyid Jamaluddin Al-Afghani dengan semangat ‘Urwatul Wutsqa.

Di FOSI, Anam menjadi “murid” Syaikh Muhammad Yaasin Al-Fadani dan kemudian mengambil ijazah thariqah Syadziliyah dari beliau melalui murid utamanya Syaikh Abdul Hamid ibn A. Halim Ad-Daary dengan amalan wird dan dzikr. Belajar dari KH Zairi Rosyidi yaitu kitab Al-Adzkar dan Arba’in Nawawi juga kitab-kitab fiqh syafi’i seperti Fathul Qorib, At-TadzhibI’anatut Thalibin dan Al-Muhadzdzab. dari Imam Nawawi. Selain itu belajar musalsalah dan ilmu isnad. Selain itu belajar Tafsir Qurthubi, Tafsir Ibnu Katsir dan juga Tafsir Ibnu Arabi dari Panembahan Metho.

Selain itu di FOSI, Anam belajar Tarjim Al Quran dengan beberapa metode seperti Metode Rahmat (yang dikembangkan KH Syachrodjie), Metode Granada, Metode Tamyiz. Dengan metode2 ini memampukan seseorang untuk menghafal Al Quran dengan cepat, menerjemahkan, dan juga membaca kitab kuning dengan baik. Sehingga Anam dapat secara otodidak dapat mempelajari pelbagai kitab klasik secara mandiri meskipun cenderung mengkaji dengan mendapatkan sanad yang bersambung dari guru ke guru. Mengingat Syaikh Fadani adalah Musnid Duniya.

Bersama komunitas di Jogja sempat ngaji “tanpa kitab” di KH Muhammad Zuhri, Sekarjalak Pati. Selain belajar “tanpa kitab” dari beberapa orang saleh. Termasuk juga mempelajari “spiritualitas” dari Herman A. Ma’ruf (Sinung Janutama).

Sempat ikut khuruj Jama’ah Tabligh dan beberapa liqo tarbiyah, juga daurah salafiyah memperluas perspektif keberagamaan yang memang ngetrend. Perkenalan dengan HTI hanya melalui buku Nizhamul Islami ketika bertemu dengan teman2 Santri Terbang (Santer) atau Santri Kampus (Sanpus).

Antara 1991-1999 Anam menghabiskan masanya di HMI MPO dan FOSI sebagai trainer/fasilitator berbagai pelatihan yang diseleggarakan 2 organisasi tersebut. 1996 mulai terlibat kegiatan LSM dan terlibat kegiatan LSM dari 1996-2005 (Koalisi Indonesia Sehat, PKBI, KUAK, LSTA, dll). Pada tahun 1996 belajar pelatihan pengembangan diri (outbound) di PT Bumi Arasy Nur International, sebuah perusahaan pengembangan HRD yang dipimpin Ir. Haryanto Suryo Panguripan, seorang praktisi thariqa Naqsyabandiyah-Kholidiyah-Kadirun Yahya.

Pada tahun 2005/2006 bergabung dengan Yayasan Falsafatuna dan bertemu dengan beberapa kawan yang menajamkan beberapa gagasan dan ide “Opera Mystica“. Di sini berkenalan dengan ide-ide sejarah, spiritualitas, kejawen, dll. Sempat juga membantu FPUB (Forum Persaudaraan Umat Beriman) dalam berbagai acara dan kegiatan. Selain itu juga sempat terlibat acara ACRP (Asian Conference on Religion and Peace) dan juga AMAN (Asian Muslim Action Network). Pluralisme yang diusung organisasi-organisasi tersebut memperkaya spektrum pemahaman mengenai diversitas.

Antara 2006-2009 hijrah ke Aceh bersama keluarga (2008-awal 2009) dan terlibat dengan Handicap International dan OXFAM GB. Dan 2009-2011 bekerja di Manokwari Papua Barat dengan ILO untuk proyek EAST.

1. Family Enterprising

Dengan pendekatan CEFE dan SIYB, Anam memperkenalkan kewirausahaan berbasis keluarga dan juga pendidikan wirausaha mandiri untuk anak-anak. Selain kedua tools tersebut ada SCR dan TREE juga membantu dalam memperluas dan mempermungkin pendekatan yang relevan berbasis partisipan.

2. Family Conseling

Dengan berbekal pengalaman, Anam dan keluarga bersedia belajar bersama untuk mengatasi masalah. Ada tesis besar bahwa masa depan dipengaruhi oleh ingatan2 indah dan baik dan berbasis pada keluarga. Maka titik mulai dari keluarga dan ingatan indah itulah proses saling belajar dilakukan.

3. Klinik Emosi

Sempat belajar SEFT dari pendirinya (Faiz Zainuddin) pada tahun 2006 selain belajar teori (buku) mencoba mempraktekkan untuk diri sendiri dan keluarga. Sedangkan varian2nya dipelajari secara mandiri karena SEFT sendiri merupakan teknis eklektis yang mencakup 14 jenis teknik.

4. Family Wealth Management dan Rumah Kemandirian (Swawisma)

Anam mengembangkan Lumbung Nuswantara

6 pemikiran pada “Anam

  1. Ya Habib. Saya tertarik ikut juga meretrieve temuan2 tepat guna tersebut. Sharing ke saya dong? Bulan-bulan terakhir ini, saya sedang terngiang-ngiang dengan teknologi tepat guna atau Middle Technology.

Tinggalkan komentar